Kamis, 25 Juli 2013

Masalah dalam Kependudukan serta Solusinya

Oleh Maila Huda Shofyana



Kondisi sosial ekonomi pada setiap negara berbeda dengan negara lainnya. Ada negara yang maju dan ada pula negara yang berkembang. Negara dapat disebut negara berkembang atau negara maju didasarkan pada keberhasilan pembangunan oleh negara yang bersangkutan. Suatu negara disebut sebagai negara berkembang jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan. Adapun suatu negara digolongkan sebagai negara maju jika negara tersebut telah mampu menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan, sehingga sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud.
Terima kasih banyak buat yang membaca artikelku ini, 
Sempatkan juga baca ini bagi yang ingin menikmati bandeng presto khas pantura Jawa Tengah. Trims'
Lalu, Indonesia masuk dalam kategori apa? Yup, tepat sekali. Indonesia termasuk Negara berkembang yang mana masih memiliki berbagai masalah kependudukan, produktivitas, masyarakatnya masih didominasi barang-barang primer, sumber daya alam belum dimanfaatkan secara optimal, memiliki ketergantungan terhadap negara maju, keterbatasan fasilitas umum, serta kurangnya kesadaran hukum. Berdasarkan pendataan penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118.320.256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21 persen). Hmmm sangat besar, bukan?
Dalam jumlah penduduk yang besar pasti menimbulkan dampak bagi kependudukan. Apa saja sih masalah kependudukan di Indonesia? Adapun masalah-masalah kependudukan yang ada di Indonesia antara lain:
1.      Ledakan penduduk (over population);
Jumlah penduduk di Indonesaia selalu bertambah. Fakta ini bisa kita lihat dari sensus tahun 1971-2010 maupun dari pendataan oleh BPS seperti yang tersebut diatas. Ledakan penduduk bila didukung oleh sumber daya manusia yang bagus menjadi modal pembangunan, tetapi bila tanpa didukung SDM yang baik menjadi beban pembangunan. Karenanya, jika pertumbuhan penduduk tiap tahun semakin tinggi terjadilah ledakan penduduk, sehingga perlu alternatif solusi. 
Solusi
a.       Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
b.       Sosialisasi pendidikan KB
Di Indonesia pengendalian laju pertumbuhan penduduk dilakukan dengan kampanye program keluarga berencana berslogan “2 Anak Lebih Baik” atau “2 Anak Cukup.” Diharapkan para pasutri bisa menjadi keluarga kecil sejahtera. Bagi para Pegawai Negeri Sipil, pemerintah menerapkan program insentif, yaitu tunjangan yang hanya diberikan sampai 2 anak saja.
c.        Menunda usia perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
2.      Persebaran penduduk tidak merata;
Persebaran penduduk di Indonesia yang tidak merata pada umumnya disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang merantau ke kota-kota besar dengan harapan menggapai hidup lebih baik. Padahal harapan tersebut tidak sepenuhnya tercapai. Apalagi tanpa berbekal keterampilan. 
Solusi
Adanya sosialisasi tentang mobilitas penduduk atau transmigrasi. Sebagai contoh masyarakat yang berasal dari Jawa berpindah ke pulau lain, katakanlah, pulau Kalimantan yang mana jumlah penduduknya relatif sedikit namun merupakan pulau terbesar di Indonesia.
3.      Tingginya angka beban tanggungan (burden of dependency ratio);
Maksudnya apa sih? Jadi, tingginya angka beban tanggungan itu perbandingan antara orang-orang yang belum/tidak sanggup bekerja dengan orang-orang yang ada dalam batas umur turut serta dalam proses produksi. Atau dapat juga dikatakan, perbandingan beban tanggungan adalah perbandingan penduduk yang berumur 0 – 14 tahun dan di atas 65 tahun dengan penduduk yang berumur 15 – 64 tahun. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan pada akhirnya menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa menjadi bertambah tinggi dan jumlah anggota keluarga bertambah besar.
4.      Rendahnya kualitas kesehatan,
Kualitas kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas penduduk suatu negara. Rendahnya kualitas kesehatan dapat diindikasikan melalui jumlah angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, ketercukupan gizi makanan, dan usia harapan hidup.
Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat akan menimbulkan dampak pada kualitas sumber daya manusia. Masyarakat yang gizinya tidak tercukupi  akan sangat berpengaruh pada pola pikir dan kreatifitasnya.
Solusi
a.   Untuk para ahli gizi entah itu bidan ataupun dokter diharapkan bisa berbagi ilmu kepada masyarakat tentang bagaimana mendapatkan dan mengolah makanan yang bergizi tinggi. Cara yang ditempuh bisa dengan penyuluhan atau sekedar mengumpulkan masyarakat terutama yang ada dipelosok. Biasanya bahan makanan bergizi tidak sulit didapat terutama yang ada di pedesaan.
b.   Alhamdulillah, Indonesia termasuk anggota PBB jadi diharapkan bisa menjalin kerja sama dengan badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization) dalam mengadakan program kesehatan, misalnya pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional, standarisasi obat dan makanan, serta peningkatan gizi masyarakat.
c.      Menggiatkan program pemerataan kesehatan dengan cara melengkapi sarana dan prasarana kesehatan yang meliputi tenaga medis, obat-obatan, dan alat-alat penunjang medis lainnya hingga ke pelosok desa.
d.  Menghimbau penggunaan dan penyediaan obat-obat generik bermutu sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
e.      Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat,
5.      Rendahnya mutu pendidikan;
Mutu pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia. Pada umumnya, tingkat pendidikan penduduk Indonesia masih tergolong relatif rendah. Hal ini bisa dilihat dari:       
a.  Kurangnya kesadaran penduduk khususnya orang tua bagaimana pentingnya pendidikan (klik: NU Online, 2013), sehingga mereka berpikiran tidak perlu sekolah terlalu tinggi khususnya untuk anak perempuan.
b. Rendahnya penerimaan pendapatan perkapita, sehingga orang tua tidak mampu menyekolahkan anaknya lebih lanjut atau bahkan mereka justru menyuruh anak-anaknya untuk membantu pekerjaan orang tua mereka dari pada harus mengeluarkan banyak biaya.
c.    Banyak sarana prasarana dan akses pendidikan khususnya di daerah terpencil kurang memadai (e-Majalah Dikbud). Hal tersebut akan  berdampak pada kemampuan penduduk dalam memahami dan menghadapi kemajuan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Solusi
Untuk menyikapi hal-hal tersebut, diantaranya adalah:
a.       Menggalakkan program wajib belajar 12 tahun, tidak lagi sekedar 9 tahun saja. Karena apa? Masyarakat Indonesia banyak yang ekonominya menengah kebawah. Banyak dari mereka masih merasa kesulitan untuk menyekolahkan putra-putri mereka ke jenjang yang lebih lanjut.
b.       Mendorong kesadaran masyarakat mampu atau badan-badan usaha untuk menjadi orang tua asuh bagi anak-anak kurang mampu.
c.        Menyediakan beasiswa bagi siswa berprestasi, khususnya bagi siswa berprestasi yang kurang mampu. Saya salut kepada Muhammadiyah karena tidak hanya para siswa pintar atau kurang mampu saja yang dapat mendapatkan beasiswa. Siswa yang aktif berorganisasi juga berkesempatan menikmati besiswa untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi (klik: PMB UMS). Keaktifan berorganisasi bisa mendorong para remaja khususnya untuk lebih religious serta memiliki soft skill untuk kehidupan dan masa depan.
d.       Membuka jalur-jalur pendidikan alternatif dan nonformal seperti kursus-kursus keterampilan, sehingga dapat memperkaya kemampuan atau kualitas seseorang.
e.        Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana belajar mengajar khususnya di daerah terpencil.
6.      Tingkat pendapatan yang rendah;
Berbagai argumen banyak yang bersimpangan tatkala berbicara, apakah pendapatan masyarakat Indonesia tergolong rendah ataukah tinggi.
Pada suatu sesi di gedung DPR, kepala Badan Kebijakan Fiskal menyebutkan,  pendapatan perkapita Indonesia menembus angka US$ 4.000 dan pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 sebesar 6,3%. Hatta Rajasa saat siaran pers 16 Mei 2013 menyampaikan hal yang senada, jumlah kemiskinan dan pengangguran menurun tajam setelah reformasi menyusul adanya tingkat pendapatan masyarakat yang meningkat secara signifikan.
Pembangunan yang selama ini berlangsung telah sukses meningkatkan nilai pendapatan perkapita Indonesia. Tetapi nilai yang dicapai masih tergolong rendah dibandingkan bangsa-bangsa lain. Seperti yang ditulis dalam modul pembelajaran dalam laman www.bimbie.com, pendapatan perkapita yang tergolong rendah itu, meskipun kian meningkat pencapaiannya, tidak bisa dianggap sebagai gambaran kemakmuran bangsa kita tercinta. Lebih lanjut, kondisi ini digambarkan oleh modul online yang termuat di http://110.138.206.53 sebagai penyebab dari ketidakmampuan penduduk untuk memenuhi berbagai hajat hidupnya. Bahkan, Liputan6.com dalam updatenya tertanggal 20 Mei 2013 menyebutkan, rendahnya konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia karena masih rendahnya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.
Singkat kata, pemberian label rendah atau bahkan tinggi untuk tingkat pendapatan penduduk Indonesia masih menjadi simpang siur, tetapi yang tentu kita harapkan adalah tingkat pendapatan bangsa Indonesia dapat terus meningkat agar tercapai kesejahteraan. Solusi apakah yang bisa diberikan terkait harapan ini?
Menurut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, yang diterbitkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2011), dunia usaha (swasta, BUMN, dan BUMD) berperan penting dan utama dalam pembangunan ekonomi, yakni dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja. Oleh karenanya, kebijakan dan daya dukung pemerintah diperlukan untuk meningkatkan iklim yang kondusif bagi dunia usaha, sehingga kesempatan kerja dan investasi terbuka lebar.
7.      Kualitas penduduk relatif rendah;
Kualitas penduduk Indonesia tidak terlepas dari masalah kependudukan Indonesia dalam hal mutu kehidupan dan kemampuan sumber daya manusia. Hal ini terjadi karena pengaruh rendahnya mutu pendidikan dan rendahnya kualitas kesehatan. Berikutnya rendahnya kualitas penduduk mengakibatkan tingkat produktivitas penduduk menjadi rendah pula. Jadi, untuk meningkatkan kualitas penduduk terlebih dulu meningkatkan mutu pendidikan, kualitas kesehatan serta sumber daya manusia.

Dua inilah sahabat setia untuk rambutku.
http://www.ellipshaircare.com/ 
[(Jilbab dan Ellips)]

Tulisan terkait:
SaranaPendidikan tentang Kependudukan (Posyandu bisa juga lho...!) # Perlukah Pendidikan Kependudukan Masuk Kurikulum? # Tatkala Masyarakat Kurang Aktif di Posyandu, Ingat 123 # Menakar Kepadatan Penduduk dari Takaran Pedagang Beras # Pertumbuhan Generasi Bangsa yang Tidak Diinginkan # Ilustrasi Pencarian Solusi Masalah Kependudukan

4 komentar:

  1. Wawasan kependudukan merupakan wawasan yang patut kita pahami bersama. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sekali, sayangku. Bangsa kita harus mau merubah mindset dan memahami persoalan yang riil lalu pemimpin bersama rakyat membenahinya.

      Hapus
  2. berasa bgt kalo Indonesia itu 'penduduknya padet' ketika skrg di kota besar ukh,naik kreta aja umpel2 an,
    hmmm..... semoga Indonesia bisa! mksih ya ilmu nya :) bermanfaat bgt,
    good job :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, bener banget tu ukh.. mari kita menghangatkan isu kependudukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya hal tersebut khususnya di Indonesia.

      Hapus

leave your message