Kondisi sosial ekonomi pada setiap negara berbeda dengan negara lainnya. Ada negara yang maju dan ada pula negara
yang berkembang. Negara dapat disebut negara berkembang atau negara maju
didasarkan pada keberhasilan pembangunan oleh negara yang bersangkutan. Suatu
negara disebut sebagai negara berkembang jika negara tersebut belum dapat
mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan atau belum dapat
menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan. Adapun suatu negara
digolongkan sebagai negara maju jika negara tersebut telah mampu menyeimbangkan
pencapaian pembangunan yang telah dilakukan, sehingga sebagian besar tujuan
pembangunan telah dapat terwujud.
Terima kasih banyak buat yang membaca artikelku ini,
Sempatkan juga baca ini bagi yang ingin menikmati bandeng presto khas pantura Jawa Tengah. Trims'
Terima kasih banyak buat yang membaca artikelku ini,
Sempatkan juga baca ini bagi yang ingin menikmati bandeng presto khas pantura Jawa Tengah. Trims'
Lalu, Indonesia
masuk dalam kategori apa? Yup, tepat sekali. Indonesia termasuk Negara
berkembang yang mana masih memiliki berbagai masalah kependudukan, produktivitas,
masyarakatnya masih didominasi barang-barang primer, sumber daya alam belum
dimanfaatkan secara optimal, memiliki ketergantungan terhadap negara maju,
keterbatasan fasilitas umum, serta kurangnya kesadaran hukum. Berdasarkan
pendataan penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup
mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak
118.320.256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak
119.321.070 jiwa (50,21 persen). Hmmm sangat besar, bukan?
Dalam jumlah
penduduk yang besar pasti menimbulkan dampak bagi kependudukan. Apa saja sih masalah kependudukan di
Indonesia? Adapun masalah-masalah kependudukan yang ada di Indonesia antara
lain:
1. Ledakan
penduduk (over population);
Jumlah penduduk di Indonesaia selalu
bertambah. Fakta ini bisa kita lihat dari sensus tahun 1971-2010 maupun dari pendataan oleh BPS seperti
yang tersebut diatas. Ledakan penduduk bila didukung oleh sumber daya manusia
yang bagus menjadi modal pembangunan, tetapi bila tanpa didukung SDM yang baik
menjadi beban pembangunan. Karenanya, jika pertumbuhan penduduk tiap tahun
semakin tinggi terjadilah ledakan penduduk, sehingga perlu alternatif solusi.
Solusi
a. Menggalakkan program KB atau
Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum
dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
b. Sosialisasi
pendidikan KB
Di Indonesia pengendalian laju pertumbuhan penduduk
dilakukan dengan kampanye program keluarga berencana berslogan “2 Anak Lebih
Baik” atau “2 Anak Cukup.” Diharapkan para pasutri bisa menjadi keluarga kecil
sejahtera. Bagi para Pegawai Negeri Sipil, pemerintah menerapkan program
insentif, yaitu tunjangan yang hanya diberikan sampai 2 anak saja.
c.
Menunda
usia perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
2. Persebaran
penduduk tidak merata;
Persebaran penduduk di Indonesia yang tidak merata
pada umumnya disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang merantau ke kota-kota besar
dengan harapan menggapai hidup lebih baik. Padahal harapan tersebut tidak
sepenuhnya tercapai. Apalagi tanpa berbekal keterampilan.
Solusi
Adanya sosialisasi tentang mobilitas penduduk atau transmigrasi. Sebagai contoh
masyarakat yang berasal dari Jawa berpindah ke pulau lain, katakanlah, pulau Kalimantan yang mana jumlah penduduknya relatif sedikit namun merupakan
pulau terbesar di Indonesia.
3. Tingginya
angka beban tanggungan (burden of dependency ratio);
Maksudnya apa sih? Jadi, tingginya angka beban
tanggungan itu perbandingan antara orang-orang yang belum/tidak sanggup bekerja
dengan orang-orang yang ada dalam batas umur turut serta dalam proses produksi.
Atau dapat juga dikatakan, perbandingan beban tanggungan adalah perbandingan
penduduk yang berumur 0 – 14 tahun dan di atas 65 tahun dengan penduduk yang
berumur 15 – 64 tahun. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang
semakin cepat dan pada akhirnya menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa
menjadi bertambah tinggi dan jumlah anggota keluarga bertambah besar.
4. Rendahnya kualitas kesehatan,
Kualitas kesehatan merupakan salah satu indikator
kualitas penduduk suatu negara. Rendahnya kualitas kesehatan dapat
diindikasikan melalui jumlah angka kematian bayi, angka kematian ibu
melahirkan, ketercukupan gizi makanan, dan usia harapan hidup.
Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat akan
menimbulkan dampak pada kualitas sumber daya manusia. Masyarakat yang gizinya
tidak tercukupi akan sangat berpengaruh
pada pola pikir dan kreatifitasnya.
Solusi
a. Untuk
para ahli gizi entah itu bidan ataupun dokter diharapkan bisa berbagi ilmu
kepada masyarakat tentang bagaimana mendapatkan dan mengolah makanan yang
bergizi tinggi. Cara yang ditempuh bisa dengan penyuluhan atau sekedar mengumpulkan masyarakat
terutama yang ada dipelosok. Biasanya bahan makanan bergizi tidak sulit didapat terutama
yang ada di pedesaan.
b. Alhamdulillah,
Indonesia termasuk anggota PBB jadi diharapkan bisa menjalin kerja sama dengan
badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization) dalam mengadakan program
kesehatan, misalnya pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional, standarisasi obat dan
makanan, serta peningkatan gizi masyarakat.
c. Menggiatkan program pemerataan kesehatan
dengan cara melengkapi sarana dan prasarana kesehatan yang meliputi tenaga
medis, obat-obatan, dan alat-alat penunjang medis lainnya hingga ke pelosok
desa.
d. Menghimbau penggunaan dan penyediaan obat-obat
generik bermutu sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
e. Meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat,
5. Rendahnya mutu pendidikan;
Mutu pendidikan merupakan salah satu indikator
kualitas penduduk. Semakin tinggi
tingkat pendidikan yang dicapai, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya
manusia. Pada umumnya, tingkat pendidikan penduduk Indonesia masih tergolong
relatif rendah. Hal ini bisa dilihat dari:
a. Kurangnya
kesadaran penduduk khususnya orang tua bagaimana pentingnya pendidikan (klik: NU Online, 2013), sehingga mereka berpikiran tidak
perlu sekolah terlalu tinggi khususnya untuk anak perempuan.
b. Rendahnya penerimaan pendapatan perkapita,
sehingga orang tua tidak mampu menyekolahkan anaknya lebih lanjut atau bahkan
mereka justru menyuruh anak-anaknya untuk membantu pekerjaan orang tua mereka
dari pada harus mengeluarkan banyak biaya.
c. Banyak sarana prasarana dan akses pendidikan
khususnya di daerah terpencil kurang memadai (e-Majalah Dikbud). Hal tersebut akan berdampak pada kemampuan penduduk dalam
memahami dan menghadapi kemajuan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Solusi
Untuk menyikapi hal-hal tersebut, diantaranya adalah:
a. Menggalakkan
program wajib belajar 12 tahun, tidak lagi sekedar 9 tahun saja. Karena apa? Masyarakat
Indonesia banyak yang ekonominya menengah kebawah. Banyak dari mereka masih
merasa kesulitan untuk menyekolahkan putra-putri mereka ke jenjang yang lebih
lanjut.
b. Mendorong kesadaran masyarakat mampu atau
badan-badan usaha untuk menjadi orang tua asuh bagi anak-anak kurang mampu.
c. Menyediakan beasiswa bagi siswa berprestasi,
khususnya bagi siswa berprestasi yang kurang mampu. Saya salut kepada
Muhammadiyah karena tidak hanya para siswa pintar atau kurang mampu saja yang
dapat mendapatkan beasiswa. Siswa yang aktif berorganisasi juga berkesempatan
menikmati besiswa untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi (klik: PMB UMS). Keaktifan berorganisasi
bisa mendorong para remaja khususnya untuk lebih religious serta memiliki soft
skill untuk kehidupan dan masa depan.
d. Membuka jalur-jalur pendidikan alternatif dan
nonformal seperti kursus-kursus keterampilan, sehingga dapat memperkaya kemampuan
atau kualitas seseorang.
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan
prasarana belajar mengajar khususnya di daerah terpencil.
6. Tingkat pendapatan yang rendah;
Berbagai
argumen banyak yang bersimpangan tatkala berbicara, apakah pendapatan
masyarakat Indonesia tergolong rendah ataukah tinggi.
Pada suatu
sesi di gedung DPR, kepala Badan Kebijakan Fiskal menyebutkan, pendapatan perkapita Indonesia menembus angka
US$ 4.000 dan pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 sebesar 6,3%. Hatta Rajasa saat
siaran pers 16 Mei 2013 menyampaikan hal yang senada, jumlah kemiskinan dan
pengangguran menurun tajam setelah reformasi menyusul adanya tingkat pendapatan
masyarakat yang meningkat secara signifikan.
Pembangunan
yang selama ini berlangsung telah sukses meningkatkan nilai pendapatan
perkapita Indonesia. Tetapi nilai yang dicapai masih tergolong rendah
dibandingkan bangsa-bangsa lain. Seperti yang ditulis dalam modul
pembelajaran dalam laman www.bimbie.com, pendapatan perkapita yang
tergolong rendah itu, meskipun kian meningkat pencapaiannya, tidak bisa
dianggap sebagai gambaran kemakmuran bangsa kita tercinta. Lebih lanjut,
kondisi ini digambarkan oleh modul online yang termuat di http://110.138.206.53 sebagai penyebab dari
ketidakmampuan penduduk untuk memenuhi berbagai hajat hidupnya. Bahkan,
Liputan6.com dalam updatenya tertanggal 20 Mei 2013 menyebutkan, rendahnya
konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia karena masih rendahnya tingkat
pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.
Singkat
kata, pemberian label rendah atau bahkan tinggi untuk tingkat pendapatan penduduk
Indonesia masih menjadi simpang siur, tetapi yang tentu kita harapkan adalah
tingkat pendapatan bangsa Indonesia dapat terus meningkat agar tercapai
kesejahteraan. Solusi apakah yang bisa diberikan terkait harapan ini?
Menurut Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia, yang diterbitkan Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian (2011), dunia usaha (swasta, BUMN, dan BUMD) berperan
penting dan utama dalam pembangunan ekonomi, yakni dalam peningkatan investasi
dan penciptaan lapangan kerja. Oleh karenanya, kebijakan dan daya dukung
pemerintah diperlukan untuk meningkatkan iklim yang kondusif bagi dunia usaha,
sehingga kesempatan kerja dan investasi terbuka lebar.
7. Kualitas
penduduk relatif rendah;
Kualitas penduduk Indonesia tidak terlepas dari
masalah kependudukan Indonesia dalam hal mutu kehidupan dan kemampuan sumber
daya manusia. Hal ini terjadi karena pengaruh rendahnya mutu pendidikan dan rendahnya kualitas kesehatan. Berikutnya rendahnya kualitas penduduk mengakibatkan
tingkat produktivitas penduduk menjadi rendah pula. Jadi, untuk meningkatkan
kualitas penduduk terlebih dulu meningkatkan mutu pendidikan, kualitas
kesehatan serta sumber daya manusia.
Tulisan terkait:
SaranaPendidikan tentang Kependudukan (Posyandu bisa juga lho...!) # Perlukah Pendidikan Kependudukan Masuk Kurikulum? # Tatkala Masyarakat Kurang Aktif di Posyandu, Ingat 123 # Menakar Kepadatan Penduduk dari Takaran Pedagang Beras # Pertumbuhan Generasi Bangsa yang Tidak Diinginkan # Ilustrasi Pencarian Solusi Masalah Kependudukan
Dua inilah sahabat setia untuk rambutku.
[(Jilbab dan Ellips)]
Tulisan terkait:
SaranaPendidikan tentang Kependudukan (Posyandu bisa juga lho...!) # Perlukah Pendidikan Kependudukan Masuk Kurikulum? # Tatkala Masyarakat Kurang Aktif di Posyandu, Ingat 123 # Menakar Kepadatan Penduduk dari Takaran Pedagang Beras # Pertumbuhan Generasi Bangsa yang Tidak Diinginkan # Ilustrasi Pencarian Solusi Masalah Kependudukan
Wawasan kependudukan merupakan wawasan yang patut kita pahami bersama. :-)
BalasHapusSetuju sekali, sayangku. Bangsa kita harus mau merubah mindset dan memahami persoalan yang riil lalu pemimpin bersama rakyat membenahinya.
Hapusberasa bgt kalo Indonesia itu 'penduduknya padet' ketika skrg di kota besar ukh,naik kreta aja umpel2 an,
BalasHapushmmm..... semoga Indonesia bisa! mksih ya ilmu nya :) bermanfaat bgt,
good job :)
yup, bener banget tu ukh.. mari kita menghangatkan isu kependudukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya hal tersebut khususnya di Indonesia.
Hapus